Ads 468x60px

Photobucket

Senin, 18 April 2011

Kisah tentang Koin yang Penyok





Assalamu'alaikum




Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.


Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itu pun mengikuti anjuran si Teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si Kolektor menghargai koin itu senilai 500 ribu rupiah.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan alat makan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 500 ribu rupiah, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu. Kayu yang dipanggul lelaki itu indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 1,5 juta rupiah kepada lelaki itu. 

Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga  2,5 juta rupiah. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 3 juta rupiah. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 3 juta rupiah. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata,
“Apa yang terjadi? Mas baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, 
“Oh, bukan apa-apa sayang.. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi.”



~ * ~ * ~ * ~


Sahabat,
hakikat semua rezeki dan kenikmatan adalah milik Allah subhanahu wa ta'ala.
Jika Allah mengaruniakan kepada kita, wajiblah kita pandai bersyukur dan menggunakan rezeki tersebut di jalan yang Allah ridha'i. Wajib kita berbagi kepada yang membutuhkan, atas rezeki dari Allah tersebut.

Namun, jika nikmat tersebut diambil lagi oleh pemiliknya, yaitu Allah subhanahu wa ta'ala , maka tak pantas jika kita tidak rela atau bahkan berburuk sangka kepada Allah.
Yakinlah, Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bersabarlah atas ujian yang Allah berikan, karena ujian itu semata-mata untuk mengangkat kita ke derajat yang lebih tinggi, jika kita termasuk orang yang bersabar dan bertawakal.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an :

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(QS. Al-Hadid : 20)


Ingatlah Sahabat, tujuan hidup kita adalah akhirat yang kekal. Bukan dunia yang tak lain hanyalah kesenangan yang menipu.


Wallahu 'Alam
Wassalamu'alaikum



Sumber :

0 komentar:

Posting Komentar